Senin, 28 Desember 2009

Upacara Teh

Darye adalah bentuk upacara teh tradisional yang dipraktikkan di Korea. Darye adalah etika minum teh atau tatacara minum teh yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Korea sejak ribuan tahun lalu.

Upacara teh Korea bermula dari upacara teh Tionghoa dari Tiongkok. Bagian terpenting dari tatacara teh ini adalah bahwa menikmati teh ala Korea dipraktikkan dalam suasana formal namun santai dan tenang.

Upacara teh korea selain dimaksudkan untuk menemukan ketenangan dan harmoni dalam cepat berubahnya masyarakat Korea, juga untuk meneruskan tradisi lama bangsa Korea.

Sejarah

Rekaman sejarah pertama tentang upacara teh Korea mencatat tentang persembahan teh kepada arwah nenek moyang yang dilakukan tahun 661 M kepada mendiang Raja Suro, pendiri kerajaan Geumgwan Gaya (42 M – 562 M). Catatan sejarah dari Dinasti Goryeo (918 – 1392) menyebutkan bahwa persembahan teh dipraktikkan di vihara bagi mendiang biksu-biksu utama.

Pada zaman Dinasti Joseon (1492 – 1910), keluarga istana Yi dan kaum bangsawan meminum teh dalam tatacara sederhana, yakni tatacara minum teh harian yang dinikmati pada hari-hari biasa, sementara tatacara teh khusus dijalankan untuk peristiwa-peristiwa tertentu. Istilah seperti ini hanya ditemukan di Korea.

Di akhir periode Dinasti Joseon, rakyat biasa mulai menjalankan tatacara teh untuk hari biasa dan upacara persembahan, mengikuti tatacara teh Tionghoa dalam kitab Tatacara Keluarga karya Zhu Xi

Upacara teh Korea mengikuti perubahan musim dan memakai peralatan dari keramik dan metal yang beragam. Upacara keagamaan turut berperan penting. Perangkat yang umum dipakai adalah peralatan dari batu, sementara di provinsi-provinsi yang memiliki tungku keramik, lebih banyak menggunakan keramik.

Sejarahnya mangkuk dan cawan tercipta juga untuk keperkuan upacara agama. Seladon, keramik hijau dan buncheong, keramik berukir untuk upacara teh Buddhisme; keramik putih untuk ritual Konfusianisme dan keramik yang lebih kasar untuk upacara shamanisme. Juga ada khusus yang diekspor ke Jepang yang dinamakan gohan chawan. Kecantikan tekstur permukaan kaca tipis (teknik glasir) sangat dikagumi dan ditiru. Keserempangan dari kreasi ini disebutkan untuk menambahkan kesan “kenyataan dalam momen kini” oleh para ahli teh.

Teknik glasir sangat kaya akan tekstur dan variasi warna yang dapat berubah-ubah berdasarkan musim dan pengaruh cahaya. Tanah liat berwarna cerah terutama dipilih untuk membuat seladon. Teknik khusus dalam glasir dipakai untuk meniru berbagai macam gambar seperti pohon bambu, batu-batuan di aliran sungai, batang-batang pohon, kulit manusia, detail pada mata macan, bunga persik sampai ilustrasi salju dan goresan elegan pada keramik putih.

Gaya keramik dan teknik glasir berbeda-beda dari zaman ke zaman. Desain lama masih dilestarikan dan ekspor ke Jepang masih signifikan dari akhir abad ke-16 sampai kini. Pengrajin keramik Korea seperti 2 bersaudara Yi Sukkwang dan Yi Gyeong memperkenalkan teknik yang dikenal dengan “gaya Hagi”. Keramik Joseon (Joseon Hagi) pun sangat terkenal karena bermutu tinggi.

Peralatan teh pada musim panas tersusun atas mangkuk katade yang berukuran tinggi 5 cm dan lebar 12 cm. Ukurannya dibuat memiliki permukaan terbuka maksimal untuk mendinginkan air mendidih. Air panas yang dituangkan ke mangkuk dibiarkan sedikit mendingin, lalu dituangkan ke poci. Air sengaja didinginkan karena menuangkan air yang terlalu panas dengan daun teh akan akan membuat rasa teh lebih pahit. Dengan kedua tangan, teh dituangkan ke dalam cawan-cawan bertutup, yang diletakkan di atas meja pernis. Teh diminum dengan mengangkat cawan menutupi mulut agar tidak terlihat. Teh yang disajikan pun dingin.

Perangkat minum teh musim gugur dan musim dingin terbagi atas mangkuk yang lebih tinggi dan ramping (irabo), yang dapat mempertahankan kehangatan. Biasanya berbentuk spiral, dangkal dan bibir yang tinggi. Daun teh dicampur air panas di mangkuk lalu dituang ke dalam poci yang dihangatkan kemudian baru dituangkan ke masing-masing cawan bertutup. Teh disajikan panas, kemudian dituangkan sedikit demi sedikit dari cawan ke cawan supaya rasa teh tidak terkonsentrasi pada satu cawan.

Tidak seperti perangkat teh Tionghoa, tak satupun perangkat teh korea yang dinilai

Tata cara teh

Penataan meja untuk upacara teh Korea pada meja yang rendah.

Bagian utama dari tatacara teh korea adalah suasana yang ringan dan santai, dengan sedikit etika formal dan aturan baku, selingan pembicaraan ringan, lebih bebas dan tidak kaku dan kemudahan dalam menikmati berbagai jenis teh dan keramahtamahan tuan rumah.

Hal ini membuat desain rumah teh lebih bermacam-macam, juga penggunaan desain dan perangkat yang beragam, variasi pilihan teh, serta makanan ringan yang disajikan sesuai musim.

Umumnya air diambil dari sumber air terbaik dan pada zaman dahulu semua rumah teh terkenal memiliki sumber air murninya masing-masing. Air direbus dengan kayu api dan siap disajikan.

Upacara teh selalu diadakan untuk memperingati hari-hari penting seperti ulang tahun, hari-hari besar, reuni dengan teman lama juga dalam rangkaian meditasi.

Karena teh yang digunakan adalah teh hijau, maka teh berdaun kecil jarang digunakan.

Dalam preparasinya, upacara minum teh Korea dilakukan di atas meja rendah dengan masing-masing tuan rumah dan tamu duduk di sisinya saling berhadapan. Tuan rumah pertama-tama akan membersihkan perangkat poci dan cawan, menghangatkan perangkat tersebut dengan air panas, menuangkan daun teh ke poci, lalu menuangkan air panas ke daun teh dan menuangkannya lagi kepada tamu sambil berbincang-bincang ringan. Sebelum dituangkan ke cawan, teh yang panas dibiarkan mendingin. Hal ini bergantung pada daun teh yang digunakan. Teh yang dipetik pada awal musim semi di bulan April akan didinginkan sampai suhu yang lebih rendah (60° - 65° C) daripada daun teh yang dipetik pada bulan Juni (70° - 75° C). Tamu harus menunggu sampai tuan rumah menikmati teh mereka dahulu sebelum meminum tehnya. Acara minum teh ini dapat memakan waktu berjam-jam, namun sangat terbuka dan santai, dan biasanya antara tuan rumah dan tamu akan dapat saling mengetahui lebih baik tentang masing-masing lewat percakapan yang menyenangkan. Tuan rumah akan membersihkan perangkat lagi saat acara minum teh selesai dan membiarkan perangkat teh berada di meja sepanjang tahun dan menutupnya dengan kain.

Sumber Wikipedia